Tugas Softskill
Perekonomian Indonesia
DOSEN : IMMI FISKA
DISUSUN OLEH :
ANESWARI ENDAH A (21214183)
AZHELIA SYAFIRA (21214925)
CHINDY DEFAESTI (22214350)
METTA DEVI (26214607)
M. LUTFI . A (26214758)
RIO ASDIANGGA (29214453)
ZAIRINA RAFANI (2C214640)
UNIVERSITAS
GUNADARMA
ATA 2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karuniaNya yang
diberikan kepada kita semua sebagai umatnya. saya dapat menyusun makalah ini
untuk memenuhi mata kuliah Perekonomian
Indonesia yang memiliki suatu muatan soft
skill yang membuat kita menjadi diri yang mandiri.
Makalah yang disusun untuk mempelajari lebih detail mengenai
perkembangan perekonomian Indonesia baik di dalam negeri dan di Dunia, saya
berharap informasi yang saya dapatkan tidak hanya untuk saya sendiri melainkan
untuk para pembaca sebagai ilmu untuk menambah wawasan .
Dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih ,semoga makalah ini
dapat memberikan kontribusi positif dan memberikan manfaat dalam hidup kita
nantinya .Dari lubuk hati yang paling dalam, sangat disadari bahwa ,makalah
yang saya buat masih jauh dari sempurna . Oleh sebab itulah tidak ada salahnya
saya mengharapkan berbagai kritik dan saran yang membangun untuk lebih baik
kedepannya.
Bekasi , Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Bab I
Kata Pengantar ………………………………………………………………………………………… 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………….. 3
BAB II
Analisa mengenai kebijakan pangan Indonesia pada
masa penjajahan ....……………….. 4
Analisis mengenai kebijakan pangan dan
pembangunan pertanian di Indonesia pada masa kemerdekaan Indonesia ….....…………………………………………………………….........…….. 7
Analisis mengenai kebijakan pangan pembangunan
tanaman non Pangan pada berbagai era pembangunan………..…………………………………………………………………….........................10
Analisis mengenai perubahan struktur ekonomi
Indonesia … …………………………..…12
Analisis mengenai strategi pembangunan sector
industri pengganti impor …………....14
Analisis mengenai strategi industry pendorong
ekspor …………………………………….....16
Analisis mengenai peran teknologi dan dampak
industry
terhadap pengangguran ………………………………………………………………………………..18
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
………………………………………………………………………………………...21
Pada saat Indonesia berada dalam jajahan bangsa
Belanda, pemerintah pada saat itu, yaitu bangsa Belanda, membentuk lembaga
pangan yang terkait dengan distribusi dan logistik beras, yang diberi nama Stichting Het Voedingsmidlenfonds (VMF) pada akhir bulan April 1939. Pendirian VMF tersebut merupakan
cerminan pandangan pemerintah Belanda bahwa masalah beras sangat penting dan
memerlukan pengaturan khusus dari pemerintah. Pada awal tahun 30-an, pemerintah
Belanda memberikan kebebasan pasar dengan sedikit sekali pengendalian langsung
dari pemerintah, namun kebijaksanaan yang diambil tersebut pada umumnya
bertujuan untuk menjaga agar harga beras yang dibayar konsumen cukup rendah.
Hal ini mengingat Belanda telah menanam modal besar-besaran di berbagai
perkebunan di Indonesia, seperti perkebunan gula, karet, tembakau, kopi, dan
kelapa sawit. Agar mereka membayar tingkat upah yang rendah maka perlu dijaga
agar harga bahan konsumsi yang penting, yaitu beras, tetap dapat dipertahankan
pada tingkat yang rendah.
Mulai awal 1933, impor dibatasi dengan cara lisensi dan harga-harga
diawasi langsung oleh pemerintah. Pemerintah berupaya menggalakkan perdagangan
beras antar pulau dan antar propinsi dengan tujuan agar daerah-daerah defisit
beras di luar Jawa memperoleh tambahan beras dari daerah-daerah surplus seperti
Jawa, Bali, dan Sulawesi Selatan. Kebijaksanaan baru ini kemudian berkembang ke
arah pengawasan langsung perusahaan penggilingan beras, agar tidak melakukan
hal-hal yang dapat menggoyah pasar beras _isba (Mears dan Moeljono, 1990).
Saat Belanda menyerah kepada Jepang, maka VMF
turut diambil alih sampai akhir Perang Dunia II. Badan ini dikenal dengan nama Sangyobu-Nannyo Kohatsu Kaisha (SKK). Lalu
terjadilah pergeseran campur tangan pemerintah dengan mengutamakan supply untuk
memenuhi kebutuhan logistik bala tentara Jepang dalam perang (Sapuan, 2000).
·
Kelemahan
Paradigma Ketahanan Pangan Indonesia Pada Masa Lalu
Kelemahan mendasar kebijakan pangan yang lalu adalah rumusan tujuan dan
implementasinya yang diarahkan terutama untuk mencapai stabilitas politik dan
ekonomi dan bukan pada pencapaian ketahanan pangan berkelanjutan. Dalam hal ini
jaminan ketersediaan beras (pangan pokok penduduk) pada tingkat harga rendah
dan stabil adalah kondisi untuk pencapaian stabilitas ekonomi dan politik.
Disamping itu pemerintah telah mengadopsi batasan ketahanan pangan yang sangat
sempit, yaitu (Person and monke, 1991), yakni kemampuan negara untuk
menghasilkan pangan yang cukup untuk seluruh konsumen pada tingkat harga yang
terjangkau. Oleh karena itu kelangkaan pangan secara cepat tercermin pada
kenaikan harga pangan, ketahanan pangan sangat terkait dengan kemampuan
pemerintah untuk menjaga stabilitas harga pangan domestik. Beberapa kelemahan
konsep ketahanan pangan yang lalu adalah telah
diidentisipasi oleh Simatupang (2000), yakni :
1. Konsep ketahanan pangan didasarkan pada difinisi pada pendekatan
ketersediaan pangan dalam mencapai ketahanan pangan. Difinisi ini sangat
terkait dengan stabilitas harga pada tingkat harga yang terjangkau dengan tiga
asumsi : (a) kelangkaan pangan pangan dengan cepat tercermin dari kenaikan
harga; (b) Harga yang terjangkau untuk menjamin akses seluruh konsumen
mendapatkan pangan yang cukup ; dan (c) Produksi pangan domestik yang cukup
(swasembada) adalah cara efektif bagi stabilitas harga pangan domestik
(ketahanan pangan). Ketiga asumsi ini mengarahkan pada konsep pokok bahwa
swasembada adalah definisi terdekat dari ketahanan pangan yang berkelanjutan
yang dianggap sebagai asumsi yang tidak relistik.
2. Konsep ketahananan pangan yang
lalu telah gagal dalam mengantisipasi peran pendapatan masyarakat dan mekanisme
non pasar dalam peningkatan akses terhadap pangan yang menjadi penyebab utama
kegagalan program ketahanan pangan. Program ketahanan pangan tidak mencakup
elemen peningkatan pendapatan rumah tangga, Hal ini menjadi penyebab terjadinya
krisis pangan tahun 1998, yang dianggap sebagai pengaruh dari krisis ekonomi
daripada pengaruh penurunan ketersediaan pangan. Sebenarnya tidak ada
kelangkaan pasokan pangan , namun kebanyakan rumah tangga tidak mempunyai
pendapatan yang cukup untuk membeli pangan.
3. Kegagalannya dalam mengantisipasi pentingnya dimensi local dan rumah
tangga bagi ketahanan pangan individu. Paradigma lama lebih mementingkan
ketahanan pangan secara nasional secara luas. Namun pengalamanmenunjukkan bahwa
ketahanan pangan nasional itu penting, tetapi itu tidak cukup untuk menjamin
ketahanan pangan local dan rumah tangga. Basis ketahan pangan
nasional telah mengabaikan pendekatan ketahanan pangan pada wilayah terpencil.
Kegagalan ini telah menyebabkan pada beberapa daerah telah dijumpai masyarakat
yang kelaparan sehingga menimbulkan paradok kelaparan.
4. Adanya dilemma kebijakan, utamanya kebijakan harga yang murah dan
stabil telah menimbulkan : (a) tidak kondusif untuk produksi pangan domestik
dan peningkatan pendapatan petani, (b)membutuhkan subsidi pemerintah dan sangat
mahal bagi anggaran pemerintah, (c) strategi tersebut tidak berkelanjutan baik
secara ekonomis maupun politik, (d) strategi harga pangan murah menguntungkan
konsumen, tetapi merupakan disinsentif bagi petani produsen, (e) strategi ini
tidak fair, tidak konsisten dengan tujuan pemerataan pendapatan, bertentangan
dengan program penanggulangan kemiskinan.
·
Arah
Kebijakan
Sesuai dengan perkembangan era
globalisasi dan liberalisasi perdagangan, beberapa komoditas pangan telah
menjadi komoditas yang semakin strategis, karena dinamika ketidakpastian dan
ketidakstabilan produksi nasionalnya, sehingga tidak senantiasa dapat
mengandalkan pada ketersediaan pangan di pasar dunia. Oleh karena itu, sebagian
besar negara-negara menetapkan Sistem Ketahanan Pangan untuk kepentingan dalam
negerinya, termasuk Indonesia. Pembangunan ketahanan pangan harus dipandang
sebagai bagian tidak terlepaskan dari wawasan ketahanan nasional. Oleh karena
itu pemerintah berupaya terus memacu pembangunan ketahanan pangan melalui
program–program yang benar-benar mampu memperkokoh ketahanan pangan sekaligus
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.
Pemantapan
ketahanan pangan.
Arah kebijakan: (a) menjamin
ketersediaan pangan, terutama dari produksi dalam negeri, dalam jumlah dan
keragaman untuk mendukung konsumsi pangan sesuai kaidah kesehatan dan gizi
seimbang; (b) mengembangkan kemampuan dalam pemupukan dan pengelolaan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat; (c) meningkatkan kapasitas produksi pangan
nasional melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rencana tata
ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan
air.
2.
Peningkatan
kemudahan dan kemampuan mengakses pangan.
Arah kebijakan: (a) meningkatkan daya
beli dan mengurangi jumlah penduduk yang miskin; (b) meningkatkan efektivitas
dan efisiensi distribusi dan perdagangan pangan melalui pengembangan sarana dan
prasarana distribusi dan menghilangkan hambatan distribusi pangan antar daerah;
(C) mengembangkan teknologi dan kelembagaan pengolahan dan pemasaran pangan
untuk menjaga kualitas produk pangan dan mendorong peningkatan nilai tambah;
(d) meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur dan kelembagaan ekonomi
perdesaan dalam rangka mengembangkan skema distribusi pangan kepada kelompok
masyarakat tertentu yang mengalami kerawanan pangan.
3.
Peningkatan
kuantitas dan kualitas konsumsi pangan menuju gizi seimbang.
Arah kebijakan: (a) menjamin pemenuhan
asupan pangan bagi setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai,
aman dan halal dikonsumsi dan bergizi seimbang; (b) mendorong,
mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam
pemenuhan pangan sebagai implementasi pemenuhan hak atas pangan; (c)
mengembangkan program perbaikan gizi yang cost effective, diantaranya
melalui peningkatan dan penguatan program fortifikasi pangan dan program
suplementasi zat gizi mikro khususnya zat besi dan vitamin A; (e) mengembangkan
jaringan antar lembaga masyarakat untuk pemenuhan hak atas pangan dan gizi; dan
(f) meningkatkan efisiensi dan efektivitas intervensi bantuan pangan/pangan
bersubsidi kepada masyarakat golongan miskin terutama anak-anak dan ibu hamil
yang bergizi kurang.
4.
Peningkatan
status gizi dan kesehatan masyarakat.
Arah kebijakan: (a) mengutamakan upaya
preventif, promotif dan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin
dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi
mikro (kurang vitamin dan mineral), (b) memprioritaskan pada kelompok penentu
masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas
dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia
lainnya; (c) meningkatkan upaya preventif, promotif dan pelayanan gizi dan
kesehatan pada kelompok masyarakat dewasa dan usia lanjut dalam rangka
mengurangi laju peningkatan (tren) prevalensi penyakit bukan infeksi yang
terkait dengan gizi yaitu kegemukan, tekanan darah tinggi, diabetes, dan
kanker; serta penyakit degenaratif lainnya; (d) meningkatkan kemampuan riset di
bidang pangan dan gizi untuk menunjang upaya penyusunan kebijakan dan program,
monitoring, surveilan gizi, dan evaluasi program pangan dan gizi, berdasarkan
bukti (evidence-based); (e) meningkatkan profesionalisme tenaga gizi dari
berbagai tingkatan melalui pendidikan dan pelatihan yang teratur dan
berkelanjutan dan memperbaiki distribusi penempatan tenaga gizi tersebut; (f)
meningkatkan efektivitas fungsi koordinasi lembaga-lembaga pemerintah dan
swasta di pusat dan daerah, dibidang pangan dan gizi sehingga terjamin adanya
keterpaduan kebijakan, program dan kegiatan antar sektor di pusat dan daeah,
khususnya dengan sektor kesehatan, pertanian dan ketahanan pangan, industri,
perdagangan, pendidikan, agama, pengentasan kemiskinan, serta pemerintahan
daerah.
5.
Peningkatan
mutu dan keamanan pangan.
Arah kebijakan: (a) meningkatkan
pengawasan keamanan pangan; (b) melengkapi perangkat peraturan
perundangundangan di bidang mutu dan keamanan pangan; (c) meningkatkan
kesadaran produsen, importir, distributor dan ritel terhadap keamanan pangan;
(d) meningkatkan kesadaran konsumen terhadap keamanan pangan, dan (e)
mengembangkan teknologi pengawet dan pewarna makanan yang aman dan tidak
memenuhi syarat kesehatan serta terjangkau oleh usaha kecil dan menengah
produsen makanan dan jajanan.
6.
Perbaikan
pola hidup sehat.
Arah kebijakan: (a) mendukung akses edukasi
dan pelayanan yang seluas-luasnya pada masyarakat dalam melaksanakan pola hidup
sehat; (b) meningkatkan komitmen dan peran serta pemangku kepentingan dalam
mendukung program pola hidup sehat; (c) meningkatkan fungsi dan kapasitas
Sektor-sektor terkait dalam pengembangan pola hidup sehat baik di Pusat maupun
di daerah; (d) melibatkan secara optimal peran serta media dalam upaya
sosialisasi program dan kebijakan program pola hidup sehat; (e) memastikan
adanya keterlibatan semua lapisan masyarakat secara aktif baik dalam program
maupun kebijakan pelaksanaan program pola hidup sehat; (f) meningkatkan
kapasitas dalam administrasi data dan informasi sehingga terbentuk data yang
akurat; (g) mengembangkan program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); (h)
mengembangkan program pendidikan kecakapan hidup (Life Skills Education).
·
Strategi
khusus Penurunan tingkat kelaparan & kemiskinan
1. Peningkatan Kesempatan (creating opportunities), melalui
pengembangkan bisnis dan kesempatan kerja
2. Pemberdayaan Masyarakat (Community Empowerment) melalui
pemberdayakan sehingga mampu akses terhadap sumberdaya ekonomi, sosial dan
hak-hak politik dan keterlibatan
3. Peningkatan Kapasitas & pembangunan sumberdaya manusia (Capacity
Building and Human Resource Development), melalui peningkatan kemampuan yang
berkaitan dengan sasaran peningkatan pelayanan pendidikan, kesehatan, pangan,
perumahan agar masyarakat makin produktif
4. Perlindungan Sosial (Social Protection): Perlindungan sosial yang
berkaitan dengan sasaran pemberian jaminan kehidupan bagimasyarakat yang
mengalami kecacatan, fakir miskin, keterisolasian, konflik sosial, kehilangan
pekerjaan sehingga berpotensi menjadi miskin
5. Prioritas pada daerah rawan pangan
·
Strategi
khusus Pemantapan ketersedian pangan
1. Perwilayahan komoditas pangan sesuai dengan potensi
2. Pemantapan Infrastruktur produksi
3. Pengembangan Teknologi spesifik lokasi
4. Penyediaan modal dan sarana produksi
5. Pengendalian kelestarian sumberdaya lahan dan air
6. Pemantapan Kelembagaan petani
·
Strategi
khusus Pemantapan Diversifikasi konsumsi pangan
1. Penyediaan suplai pangan dengan mengembangkan sumberdaya lokal
(unggulan wilayah)
2. Pengembangan agroindustri pangan dengan kemasan “modern”
3. Peningkatan KAP (Knowledge, Attitude, Practice ) melalui gerakan
tentang konsumsi pangan yang beragam dan gizi seimbang serta aman
4. Peningkatan income
5. Pemberdayaan kelembagaan lokal
6. Gerakan diversifikasi pangan
·
Strategi
khusus Pemantapan Distribusi pangan
1. Penetapan harga pembelian pemerintah
2. Intervensi pemerintah terhadap pasar
3. Penguatan posisi tawar petani
4. Pengembangan sarana dan prasarana pasca panen dan infra struktur
distribusi
5.
Kemitraan petani
2.
KEBIJAKAN PANGAN DAN
PEMBANGUNAN PERTANNIAN DI INDONESIA PADA MASA KEMERDEKAAN ( ORBA / ORLA )
Kebijakan pangan di Indonesia pada masa
Kemerdekaan
Setelah satu abad, teori Malthus akhirnya terbantahkan.
Malthus memprediksi akan terjadinya kelaparan karena tidak seimbangnya
kemampuan lahan untuk pangan dengan pertambahan penduduk. Karena pesatnya ilmu
pengetahuan, kemudian terjadilah revolusi hijau (green revolution). Revolusi
hijau dimulai dengan penemuan persilangan jenis gandum yang responsif terhadap
pupuk yang kemudian disilangkan dengan varietas asal Jepang, dihasilkanlah
tanaman pangan yang dapat dimanfaatkan secara lebih efisien.
Selanjutnya pada awal 60-an, IRRI (International Rice
Research Institute) sebagai lembaga riset dan penelitian beras mengembangkan
rekayasa genetika dengan mengembangkan "padi ajaib", di mana
ditemukan padi dengan umur pendek dan jumlah produksi relatif besar. Inilah
tonggak revolusi hijau di tahun 60-70-an. Dengan penemuan semacam ini, prediksi
bencana kelaparan dapat diminimalisasi.
Di era Orde Baru, pada saat pemerintah bercita-cita
mewujudkan swasembada pangan, pengembangan rekayasa genetika sungguh sangat
membantu untuk mewujudkannya. Pada masa
penjajahan Belanda dulu, bidang pertanian banyak dikembangkan untuk kepentingan
pemerintah penjajah dengan menerapkan metode tanam paksa. Banyak hasil
pertanian yang favorit dan legendaris di pasaran internasional, seperti
rempah-rempah, tembakau, kopi, tebu, dan lain-lain. Di masa penjajahan Jepang,
dengan metode kerja rodi, Jepang memaksa para petani menanam berbagai hasil
pertanian untuk kepentingan mereka, seperti beras, jagung, dan pohon jarak
sebagai bahan bakar.
Di awal kemerdekaan, pembangunan pertanian dipengaruhi
semangat nasionalisme dan untuk mencukupi seluruh kebutuhan rakyat, terutama
kebutuhan pokok, seperti beras, jagung, kedelai, ketela, kacang tanah, dan
kebutuhan akan ikan serta daging. Masih di era ekonomi Soekarno tahun 60-an,
pendekatan perencanaan pembangunan mulai dicanangkan seperti intensifikasi,
ekstensifikasi untuk mendukung memenuhi kebutuhan pangan nasional. Walaupun
dalam jangka pendek pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan secara
penuh, bahkan terjadi lonjakan inflasi yang cukup tinggi.
Pembangunan Pertanian pada masa
Kemerdekaan
Pada awalnya pertanan masih bersifat primitif, dengan hanya
memanafaatkan kondisi alam saja. Sebenarnya pertanian di Indonesi sudah
mengenal padi sebagai varietas utama yang di tanam untuk memenuhi kebutuhan
pangan. Budidaya padi di lahan yang basah pun sudah di lakukan sejak dulu di
daerah Jawa dan Bali. Sedagakan metode pertanian di lahan yang kering sudah di
lakukan di daerah Sumatra, Kalimantan, dan Sulawasi. Tetapi dengan seiring
berkembangnya zaman, pertanian di Indonesia suah semakin modern. Seperti yang
bisa kita lihat sekarang, jika zaman dahulu para petani hanya menggunakan sapi
untuk membajak sawah. Tetapi jika dilihat sekarang, para petani sudah
menggunakan alat traktor untuk membajak sawah. Jika dibandingkan dengan dulu,
dari cara membajaknya saja sudah bisa dilihat perkembangannya. Selain dapat
mempercepat pekerjaan, hal ini tentu akan membuat para petani menjadi ringan
dalam melakukkan pekerjaannya.
Pertanian
pada Masa Kemerdekaan
Setelah Proklamasi Kemerdekaan, pemerintah Indonesia
langsung berkonsentrasi untuk membangun sektor pertanian di segala bidang.
Departemen yang mengurusi bidang perikanan laut itu pun sudah ada sejak kabinet
pertama dibentuk. Melalui Kementrian Kemakmuran Rakyat yang dipimpin oleh
Menteri Mr. Sjafruddin Prawiranegara dibentuklah Jawatan Perikanan yang
mengurusi kegiatan-kegiatan perikanan darat dan laut. Program swasembada beras
sesungguhnya pula sudah dicanangkan di era Soekarno, tepatnya selama periode
1952-1956.
Mengenai diversifikasi tanaman pangan itu pun sudah dipikirkan di era Soekarno. Program swasembada beras paska 1956 tetap dilanjutkan melalui program sentra padi yang diatur oleh Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Pada 1963, Soekarno memasukkan jagung sebagai bahan pangan pengganti selain beras, dan pada 1964 menerapkan Panca Usaha Tani. Hal ini menyesuaikan dengan kultur bercocok tanam dari petani yang biasanya memvariasikan antara tanaman padi dan jagung. Institusi pendukung di bidang pertanian maupun sub-sub sektor pertanian lebih banyak ditopang oleh kelembagaan inti yang dulunya pernah digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Bedanya, orientasi pemerintahan republik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, lalu orientasi untuk ekspor.
Tidak seperti sekarang yang sudah memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur yang lebih baik, pembangunan di sektor pertanian di era Soekarno menemui jauh lebih banyak kesulitan dan tantangannya di dalam negeri. Tingkat ketergantungan terhadap jenis tanaman beras masih tergolong tinggi. Sekalipun demikian, Indonesia di masa itu belum pernah tercatat mengalami krisis pangan yang menyebabkan kasus kelaparan seperti yang pernah dialami oleh India dan China. Dalam beberapa periode, harga kebutuhan pokok sempat mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi. Tetapi lonjakan harga tersebut tidak banyak berimbas di wilayah pedesaan yang relatif masih menerapkan pola diversifikasi bahan makanan. Pola kebijakan pertanian di masa Soekarno memang lebih menitikberatkan pada jenis tanaman lokal sebagai komoditi utama. Misalnya seperti jenis sagu di Maluku dan Papu atau nasi jagung di Sulawesi.
Untuk
pertama kalinya, pemerintahan republik membentuk badan penyangga pangan yang
disebut Badan Urusan Logistik atau Bulog pada tanggal 14 Mei 1967. Tugas pokok
dari Bulog adalah berfungsi sebagai agen pembeli beras tunggal. Berdirinya
Bulog sejak awal diproyeksikan untuk menjaga ketahanan pangan Indonesia melalui
dua mekanisme yakni stabilisasi harga beras dan pengadaan bulanan untuk PNS dan
militer. Pada prinsipnya, Bulog nantinya akan menjadi lumbung nasional yang
tugas utamanya untuk menjaga pasokan (supply) komoditi pangan dan menjaga
stabilitas harga tanaman pangan utama. Mengenai diversifikasi tanaman pangan itu pun sudah dipikirkan di era Soekarno. Program swasembada beras paska 1956 tetap dilanjutkan melalui program sentra padi yang diatur oleh Yayasan Badan Pembelian Padi (YBPP). Pada 1963, Soekarno memasukkan jagung sebagai bahan pangan pengganti selain beras, dan pada 1964 menerapkan Panca Usaha Tani. Hal ini menyesuaikan dengan kultur bercocok tanam dari petani yang biasanya memvariasikan antara tanaman padi dan jagung. Institusi pendukung di bidang pertanian maupun sub-sub sektor pertanian lebih banyak ditopang oleh kelembagaan inti yang dulunya pernah digunakan oleh pemerintahan Hindia Belanda. Bedanya, orientasi pemerintahan republik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, lalu orientasi untuk ekspor.
Tidak seperti sekarang yang sudah memiliki sumber daya manusia dan infrastruktur yang lebih baik, pembangunan di sektor pertanian di era Soekarno menemui jauh lebih banyak kesulitan dan tantangannya di dalam negeri. Tingkat ketergantungan terhadap jenis tanaman beras masih tergolong tinggi. Sekalipun demikian, Indonesia di masa itu belum pernah tercatat mengalami krisis pangan yang menyebabkan kasus kelaparan seperti yang pernah dialami oleh India dan China. Dalam beberapa periode, harga kebutuhan pokok sempat mengalami lonjakan harga yang cukup tinggi. Tetapi lonjakan harga tersebut tidak banyak berimbas di wilayah pedesaan yang relatif masih menerapkan pola diversifikasi bahan makanan. Pola kebijakan pertanian di masa Soekarno memang lebih menitikberatkan pada jenis tanaman lokal sebagai komoditi utama. Misalnya seperti jenis sagu di Maluku dan Papu atau nasi jagung di Sulawesi.
Pertanian pada Masa Orde Baru
Setelah masuk ke era Orde Baru, pembangunan di sektor
pertanian tetap menjadi prioritas program kerja kabinet. Selama dua periode
PELITA (Pembangunan Lima Tahun) dari tahun 1969-1979, kebijakan pembangunan
lebih banyak dikonsentrasikan untuk memperkuat basis sektor pertanian. Program
revolusi hijau (green revolution) guna mendukung percepatan pencapaian
swasembada beras pada tahun 1974. Pada tahun 1971, Bulog mendapatkan
tugas/peran baru, yaitu mempunyai tugas sebagai pengimpor gula dan gandum. Biaya
besar untuk mendukung program pertanian tersebut ditopang oleh ekspor migas
yang mencapai puncak harga tertinggi pada pada pertengahan dekade 1970an.
Soeharto punya ambisi yang kuat untuk mempercepat swasembada
beras yang belum pernah dicapai sejak masa kemerdekaan. Salah satunya adalah
dengan mengadopsi program revolusi hijau sejak tahun 1974. Sayangnya, program
yang berbiaya mahal tersebut ternyata hanya menghasilkan swasembada beras pada
tahun 1984, 1985, dan 1986 (berdasarkan laporan statistik pertanian dari BPS).
Sesudahnya, Indonesia kembali menjadi pengimpor beras, bahkan menjadi pengimpor
beras terbesar di Asia Tenggara. Program revolusi hijau ini pun hanya
menguntungkan petani kaya atau pemilik lahan dengan luas lahan lebih dari 1
hektar.
Setelah beras, pemerintah berusaha untuk menutupi kekurangan
pasokan dalam negeri dan impor dengan mendatangkan (impor) gandum. Bila semula
diberikan kewenangan ke Bulog, maka kewenangan untuk mengimpor gandum itu pun
akhirnya diserahkan ke Bogasari (swasta). Awalnya, pemerintah mencoba untuk
membudidayakan jenis tanaman gandum, tetapi upaya ini sulit terwujud, karena
tanaman gandum memang kurang cocok untuk jenis tanah pertanian di Indonesia.
Dalam rangka untuk mendukung program pertanian pangan,
pemerintah di era Orde Baru membuat cukup banyak pembangunan infrastruktur
pendukung. Misalnya seperti pembangunan irigasi, pendirian pabrik pembuatan
pupuk urea, dan pembangunan pusat-pusat penelitian tanaman pangan. Sayangnya,
keseluruhan saran dan prasarana pendukungnya masih difokuskan pada jenis
tanaman beras. Tanaman beras disosialisasikan di seluruh wilayah yang dianggap
cocok untuk ditanami jenis tanaman padi seperti di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan,
Maluku, Ternate, NTT, NTB, bahkan sampai ke Papua. Program transmigrasi pun
digerakkan seluas-luasnya untuk mendukung perluasan lahan tanaman padi di luar
Pulau Jawa. Tujuannya tidak lain untuk mendorong peningkatan produksi beras di
dalam negeri.
3. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
Persoalan kepemimpinan senantiasa menarik untuk dibahas
karena berhubungan dengan perannya sebagai pemimpin dalam membawa perubahan
pada masyarakat yang dipimpin. Peran
kepemimpinan selalu memberikan daya tarik yang kuat pada setiap orang. Literatur tentang kepemimpinan senantiasa
memberikan penjelasan bagaimana menjadi pemimpin yang baik, sikap dan gaya yang
sesuai dengan situasi kepemimpinan, dan syarat-syarat pemimpin yang baik.
Peran kepemimpinan hanya dapat
dilihat dari keberpihakan kebijakan terhadap apa yang diyakini sebagai
kebenaran dan dapat membawa kemaslahatan terhadap yang dipimpin. Pemimpin saat ini selayaknya tidak hanya
mampu dalam menentukan kebijakan untuk mengantisipasi berbagai perubahan global
lalu tunduk kepada arus trend globalisasi, tetapi justru harus mampu proaktif,
mengukir sejarah masa depan dan mendesain wujud globalisasi serta percaturan
ekonomi dunia pangan, maka Pemimpin memiliki legitimasi penuh guna mewujudkan
tatanan kehidupan masyarakat, khususnya bidang ketahanan pangan. Peran Pemimpin harus mampu menyediakan ruang
kreatif bagi peningkatan ketahanan pangan nasional melalui kebijakan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang (Dale Timpe 1993 : 109).
Pemimpin bukanlah manajer
sehingga unsur pertama dari kepemimpinan adalah memanfaatkan kekuasaan dalam
melakukan perubahan yang transformatif.
Pemimpin dapat berperan dengan baik dalam membuat kebijakan strategis
terhadap terwujudnya ketahanan pangan nasional apabila memiliki pandang yang
luas tentang pentingnya pembangunan ketahanan pangan bagi keberlanjutan
kehidupan bangsa.
Pandangan tersebut harus dapat
dikomunikasikan sehingga dapat meyakinkan tentang keadaan yang dinginkan dan
memerlukan kegigihan, konsistensi dan fokus pada persoalan kebutuhan pangan
masyarakat yang sampai saat ini ditangani dengan cara membeli bukan dengan
memproduksi walaupun segalanya ada dinegara yang subur akan SKA.
Peran yang konsisten dari
seorang pemimpin yang fokus dan gigih dalam pembangunan pada sektor pangan juga
harus mampu menyerap tenaga kerja guna mengatasi pengangguran dan persoalan
urbanisasi, sehingga dapat menyejahterakan masyarakat. Pemimpin harus memiliki peran strategis
sebagai pengambil kebijakan dalam bentuk regulasi, penyiapan infrastruktur
pertanian, memiliki akses kepada jaminan perbankan sampai kepada penyiapan
lahan, bibit unggul dan penggunaan teknologi pertanian modern, sehingga dapat
memainkan peran yang lebih signifikan terhadap kemajuan dan kedaulatan pangan
nasional
Peran kepemimpinan dengan pola
baru memerlukan pemahaman suatu pendekatan tiga dimensi dalam mewujudkan
ketahanan pangan nasional, yaitu (1) Seorang pemimpin harus memiliki wawasan
sebagai langkah awal dalam peran kepemimpinan yang menyeimbangkan perencanaan
strategis dengan pelaksanaan yang sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai; (2)
Penyelarasan merupakan langkah kedua dalam peran kepemimpinan dengan mewujudkan
kebersamaan dalam tindakan melalui keterikatan dalam sistem (perangkat unsur
yang teratur dan saling berkaitan sehingga membentuk totalitas), struktur dan
proses dalam pembangunan sistem ketahanan pangan yang tanggu; (3) Pemberdayaan
sebagai hal penting dan strategis dalam peran kepemimpinan untuk mempersatukan
wujud kepentingan yang seimbang antara individu, kelompok dan organisasi
sebagai daya untuk memotivasi perubahan sikap melalui pemberdayaan bakat,
kecerdikan emosional dan membangkitkan pikiran kreativitas.
a. Kebijakan
Strategis Bidang Pangan.
Sebagai negara yang
memiliki posisi strategis dari sisi geografis, geopolitis dan geoekonomi,
Indonesia memiliki peluang dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional dan
memperkuat kedaulatan bangsa. Posisi
indonesia yang dipengaruhi iklim tropis dapat membantu setiap pemimpin dalam
menetapkan kebijakan yang berdampak kepada peningkatan ketahanan pangan
nasional.
b. Mewujudkan
Ketahanan Pangan.
Sebagai negara yang memiliki SKA berlimpah serta komoditas
pangan yang beraneka ragam semestinya Indonesia memiliki keunggulan dalam
bidang pertanian. Namun sampai saat ini
kebutuhan pangan Indonesia masih dicukupi dengan impor dari Vietnam dan
Thailand atau Australia dan New Zealand.
Indonesia pernah berhasil mencapai swasembada beras pada tahun
1984.
Keberhasilan produksi ini merupakan suatu alasan utama
Indonesia cukup berhasil dalam menjaga ketahanan pangan pada saat itu, sehingga
tidak terjadi insiden kelaparan skala besar.
Peningkatan produksi dalam negeri telah berhasil mengurangi ketergantungan
terhadap impor beras untuk meningkatkan kemandirian dan mengurangi pengadaan
beras akibat gejolak pasar dan politik luar negeri.
Persoalan mendasar yang dihadapi dalam pembangunan ketahanan
pangan terfokus pada dua hal pokok.
Pertama, adanya pertumbuhan permintaan pangan yang lebih cepat daripada
pertumbuhan produksi pangan domestik.
Kedua, besarnya proporsi kelompok masyarakat yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Arah pembangunan ketahanan
pangan yaitu : (1) mewujudkan kemandirian pangan guna menjamin ketersediaan
pangan ditingkat nasional, daerah hingga rumah tangga yang cukup, aman,
bermutu, dan bergizi seimbang; dan (2) perwujudan ketahanan pangan merupakan
tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta. Pembangunan ketahanan pangan bertujuan untuk
memperkuat ketahanan pangan di tingkat mikro (rumah tangga serta individu) yang
bermakna stragegis dan ditingkat makro
(nasional).
Terdapat banyak kebijakan-kebijakan lain dalam meminjam dana
dari pihak luar negeri dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang diambil guna
membangun pembangunan daerah dan nasional.
Perlu kita perhatikan, dalam meminjam dana dari pihak luar
negeri diperlukan kebijakan yang harus diambil agar Negara dapat menefisiensi
kan dana yang di pinjam dengan dana yang harus dikeluarkan, agar hutang luar
negeri nantinya tidak memberatkan Negara.
Jadi, dilihat secara garis besar dalam melakukan
kebijakan-kebijakan pembangunan Indonesia baik kebijakan pembangunan nasional
maupun kebijkan pembangunan daerah kaitannya erat sekali dengan kebijakan hutang
luar negeri dan aman tentang Ketahanan Pangan Bab I Pasal 13.
4. Perubahan Struktur
Ekonomi
Teori perubahan
sturktur ekonomi bertujuan pada mekanisme transformasi yang dialami oleh
negara-negara berkembang yang menitikberatkan pada sektor tradisional menuju ke
sektor modern.
Cheneri
meminjam istilah Kuznets, mengatakan bahwa perubahan sturktur ekonomi, secara
umum disebut sebagai transformasi struktur yang diartikan sebagai suatu
rangkaian perubahan yang saling terkait satu sama lain dalam komposisi agregat
demand (AD), ekspor-impor (X - M), Agregat
supplay (AS) yang merupakan dalam penggunaan faktor-faktor produksi
seperti tenaga kerja dan modal guna mendukung proses pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Ada
dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan sturktur
ekonomi, yakni dari Arthur Lewis tentang migrasi dan Hollis Chenery tentang
teori transportasi struktural. Teori Lewis pada dasarnya membahas tentang
proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah pedesaan dan di daerah
perkotaan. Didalamnya Lewis memberitahukan bahwa perekonomian suatu negara pada
dasarnya terbagi atas dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang
didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan yang di
dominasi oleh sektor industri.
` Struktur Perekonomian Indonesia
Menurut Dumairy
struktur perekonomian suatu negara dapat dilihat dari berbagai sudut
tinjauannya. Struktur perekonomian dapat dilihat dari empat sudut tinjauan,
yaitu tinjauan makro-sektoral, tinjauan keuangan, tinjauan penyelenggaraan
kenegaraan, dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Tinjauan
makro-sektoral dan keuangan merupakan tinjauan ekonomi murni sedangkan
tinjauan kenegaraan dan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan adalah tinjauan
di bidang politik. Berikut penjelasannya:
A. Struktur Ekonomi Dari
Tinjauan Makro-Sektoral
Berdasarkan tinjauan
makro-sektoral perekonomian suatu negara dapat berstruktur agraris, industri,
atau niaga. Hal ini tergantung pada sektor apa/mana yang dapat menjadi tulang
punggung perekonomian negara yang bersangkutan. Dilihat secara makro sektoral
dalam bentuk produk domestik bruto maka struktur perekonomian Indonesia pada
tahun 1990-an masih menggunakan sektor agraris, namun sekarang sudah menjadi
sektor industri.
Struktur perekonomian
Indonesia yang industrialisasi pada saat ini sesungguhnya belum mutlak, tetapi
masih sangat dini. Industrialisasi di Indonesia barulah berdasarkan kontribusi
sektoral dalam membentuk PDB atau pendapatan nasional. Industrialisasi yang ada
belum didukung dengan kontribusi sektoral dalam penerapan tenaga dan angkatan
kerja. Apabila kontribusi sektoral dalam menyumbangkan pendapat dalam penerapan
tenaga kerja diperbandingkan, maka struktur ekonomi Indonesia ternyata masih
dualisme.
Boeke seorang ilmuan
asal Belanda mengatakan bahwa perekonomian Indonesia berstruktur dualistis.
Sebab dari segi penyerapan tenaga kerja dan sumber kehidupan rakyat (53,69%),
sedangkan sektor industri pengolahan hanya menyerap 10,51% tenaga kerja.
B. Struktur Ekonomi Dari
Tinjauan Keruangan
Pergeseran struktur
ekonomi secara makro-sektoral hampir sama dengan pergeseran keruangan. Ditinjau
dari sudut pandang keruangan, struktur perekonomian di Indonesia telah bergeser
dari struktur pedesaan menjadi struktur perkotaan. Hal ini dapat kita lihat dan
kita rasakan sejak era Orde Baru hingga era reformasi sekarang ini. Kemajuan
perekonomian di daerah perkotaan jauh lebih pesat dibandingkan dengan di daerah
pedesaan. Hal ini disebabkan oleh pembangunan di daerah perkotaan lebih pesat
perkembangannya, terutama di sektor industri mulai dari sarana dan prasarana
transportasi dan komunikasi.
C. Struktur Ekonomi Dari
Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan
Struktur ekonomi
dengan tinjauan penyelenggaraan kenegaraan. Ditinjau dari sisi struktur
perekonomian dapat dibedakan menjadi struktur etatis, egaliter, atau borjuis.
Struktur ekonomi
Indonesia sejak awal Orde Baru hingga pertengahan dasawarsa 1980-an
berstruktur etatis dimana pemerintah atau BUMN sebagai tolak
ukur negara, merupakan pelaku utama perekonomian Indonesia. Mulai pertengahan
dasawarsa 1990-an peran pemerintah dalam perekonomian berangsur-angsur
dikurangi, yaitu sudah secara eksplisit dituangkan melalui GBHN 1988/1989
mengundang kalangan swasta untuk berperan lebih besar dalam perekonomian
nasional.
Struktur ekonomi
untuk sementara mengarah pada perekonomian yang berstruktur borjuis,
dan belum mengarah ke struktur perekonomian yang egaliter, karena baru kalangan
pemodal dan usahawan kuatlah yang dapat dengan cepat menanggapi undangan dari
pemerintah tersebut. Maka akibatnya terjadi ekonomi konglomerasi dimana hanya
beberapa orang pemodal kuat yang mengendalikan sektor-sektor ekonomi di
Indonesia, yang dampaknya kita rasakan sekarang yaitu ambruknya perekonomian Indonesia
karena tidak terkendalinya investasi-investasi yang dananya berupa pinjaman
dari luar negeri.
Pada era reformasi
ini struktur ekonomi Indonesia diarahkan pada strruktur ekonomi egaliter dimana
seluruh penggerak roda perekonomian dilibatkan dalam membangun perekonomian
Indonesia. Misalnya dengan memperkuat peran usaha-usaha koperasi, pengusaha
mikro kecil dan menengah karena mereka dianggap pelaku-pelaku ekonomi yang
tahan menghadapai krisis ekonomi dan dianggap sebagai pelaku-pelaku ekonomi
yang mampu menjadi penyangga perekonomian Indonesia.
D. Struktur Ekonomi Dari
Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan
Struktur ekonomi
dapat pula dilihat berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusan.
Dilihat dari sudut tinjauannya, struktur ekonomi dapat dibedakan menjadi
struktur ekonomi yang terpusat sentralisasi
dan desentralisasi.
Berdasarkan tinjauan
birokrasi pengambilan keputusan, dapat dikatakan bahwa struktur perekonomian
Indonesia selama era pembangunan jangka panjang tahap pertama adalah sentralistis.
Dalam struktur ekonomi yang sentralistis pembuatan keputusannya lebih banyak
ditetapkan oleh pemerintah pusat atau kalangan atas pemerintahan. Pemerintah
daerah atau kalangan pemerintahan dibawah, beserta masyarakat dan mereka yang
tidak memiliki akses ke pemerintahan pusat, cenderung hanya menjadi pelaksana
saja dan hanya sebagai pendengar saja.
Struktur birokrasi
pengambilan keputusan yang sentralistis ini terpelihara rapih selama
pemerintahan orde baru. Hal ini disebabkan oleh budaya atau kultur masyarakat
Indonesia yang paternalistik. Walaupun Indonesia sudah merdeka dan menuju ke
arah era globalisasi namun budaya ini masih sulit untuk ditinggalkan, dan
bahkan cenderung dipertahankan.
Struktur perekonomian
yang etatis dan sentralistis berkaitan erat. Pemerintah Pusat menganggap bahwa
Pemerintah Daerah belum cukup mampu untuk menjalani tugas untuk melaksanakan
pembangunan ekonomi. Argumentasi yang sering dijadikan legitimasi adalah karena
sebagai negara sedang berkembang yang barau mulai melakukan proses pembangunan.
Sehingga dalam kondisi yang demikian diperlukan peran sekaligus dukungan
pemerintah sebagai agen pembangunan, sehingga menjadikannya etatis, dan
sekaligus dibutuhkan pemerintahan yang kuat. Namun demikian sejak
awal pembangunan jangka panjang tahap kedua (PJP II) struktur perekonomian yang
etatis dan sentralistis tersebut secara berangsur mulai berkurang.
5.
Analisa Strategi Pembangunan Sektor Industri Pengembangan Impor
Permasalahan
di Indonesia yang cukup mendasar mengenai perdagangan Internasional ,salah
satunya adalah impor. Apabila kita melihat di negara negara berkembang,
peran industrialisasi substitusi impor dalam pembangunan ekonomi sangat
penting sehingga sektor industri sangat berperan dalam substitusi impor.
Substitusi impor merupakan salah satu upaya yang tepat dalam mengganti berbagai
macam kebutuhan yang sebelumnya diimpor dengan produk-produk buatan dalam
negeri.
Data
statistik BPS menyebutkan pada 2004 belanja impor Indonesia mencapai angka
US$46,52 miliar dan semakin lama semakin meningkat. Bahkan pada 2008 saja sudah
mencapai US$128,79 miliar. Dengan komposisi impor migas US$30,49 miliar dan
nonmigas US$98,32 miliar. Nilai sebesar itu artinya devisa yang seharusnya
dapat dihemat dan dibelanjakan di dalam negeri terpaksa dibelanjakan keluar
negeri.
Industri manufaktur berupa otomotif, tekstil,
garmen, dan industri alas kaki merupakan sektor industri yang paling terancam.
Industri ini merupakan sektor padat karya yang menyerap tenaga kerja dalam
jumlah banyak. Dengan berlimpahnya produk China yang cenderung lebih murah, hal
itu dikhawatirkan mematikan produk lokal. Biaya produksi di Indonesia
tergolong tinggi sehingga harga pasar domestik pun lebih tinggi dibandingkan
harga produk China
Dalam hal impor, Kementerian
Perdagangan berupaya mengelola impor yang berorientasi pada kepentingan
nasional, yaitu sesuai standar kesehatan, keamanan, keselamatan, lingkungan,
dan moral bangsa. Pertumbuhan impor selama periode 2004- 2008, khususnya
nonmigas,meningkat rata-rata 26,5 persen per tahun. Impor nonmigas
sebagianbesar merupakan impor bahan baku atau penolong dan barang modal untuk
memenuhi kebutuhan investasi dan produksi di dalam negeri, termasuk yang
berorientasi ekspor. Pengelolaan impor juga diarahkan untuk menciptakan iklim
persaingan yang sehat dan transparan di dalam negeri, sehingga tidak terjadi
perdagangan yang t idak adil dan memast ikan impor yang masuk melalui
perjanjian perdagangan bebas (FTA) memenuhi syarat. Negara yang menj adi sumber
impor nonmigas terbesar Indonesia adalah RRT, Jepang, dan Singapura. Ketiga
negara tersebut memberikan kontribusi sebesar 41,5 persen dari total impor
nonmigas Indonesia tahun 2008.
Berikut analisa strategi
pembangunan sektor industri pengembangan impor menurut beberapa ahli :
1.
Teori Kebijakan
Strategi Negara Berkembang
Masalah kebijakan
perdagangan sangat berpengaruh dalam pembangunan ekonomi di negara-negara
berkembang. Untuk itu teori-teori mengenai impor untuk pembangunan
diperlukan kebijakan khusus dalam konteks strategi negara berkembang ada yang
berorientasi ke luar dan ke dalam. Kebijakan pembangunan berorientasi ke luar (
outward-looking development policies) adalah suatu rangkaian kebijakan yang
tidak hanya mendorong berlangsungnya perdagangan bebas tetapi juga
memungkinkan pergerakan secara bebas atas faktor-faktor produksi
(modal,tenaga kerja), perusahaan-perusahaan dan para pelajar,perusahaan
multinasional,dan suatu sistem komunikasi yang terbuka.
Kebijakan
pembangunan berorientasi ke dalam (inward- looking development policies) adalah
suatu kebijakan yang lebih menekankan pada usaha-usaha negara berkembang untuk
menciptakan suatu pendekatan pembangunan mandiri yang benar-benar sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi pembangunannya agar mereka lebih mampu mengendalikan
ataupun menentukan nasib mereka sendiri
2.
Strategi
Pengembangan Sektor Industri
Hasibuan (1986) mengemukakan bahwa untuk mengurangi
ketergantungan pembangunan industri di negara berkembang terhadap negara
maju dapat ditempuh strategi industri pengganti impor yang disertai dengan
politik proteksi. Ditempuhnya strategi pengganti impor tersebut
berdasarkan pertimbangan bahwa :
1. sumber-sumber
ekonomi relatif tersedia di dalam negeri
2. respon permintaan
barang-barang industri dari negara maju masih rendah
3. mengurangi
akibat-akibat ketidakstabilan pasar internasional terhadap pasar di dalam negeri 4. mendorong industri di dalam
negeri supaya lebih berkembang,
5. adanya potensi
permintaan di dalam negeri yang memadai
6. membuka kesempatan
kerja, meningakatkan nilai tambah dan menghemat devisa.
7. mempercepat proses
pengalihan teknologi,
8. oleh karena
strategi tersebut akan diikuti dengan proteksi yang tinggi, sedangkan potensi
permintaan dalam negeri cukup luas, maka lebih menarik investasi dari dalam dan
luar negeri.
3.
Selain itu menurut
Zain (1986)
Dalam Sahara (1999)
strategi yang perlu dilakukan untuk pengembangan industri dimasa yang akan
datang adalah :
1.Keunggulan
komparatif, yaitu dilihat dari sumber daya alam yang tersedia di Indonesia
2.Keterkaitan antar
sektor terutama sektor hulu hilir. Efek selanjutnya adalah terciptanya
penghematan devisa, meningkatkan pendapatan, keahlian dan kesempatan kerja.
3.Teknologi yang
tinggi dan selalu berkembang untk pembangunan industri hulu secara simultan.
Faktor
untuk industri hulu harus merupakan pertimbangan yang dominan karena apabila
industri hulu menggunakan teknologi yang tinggi dan efisien maka industri
hilirnya tidak akan mengalami biaya yang tinggi dan ini sesuai dengan sasaran
untuk mengembangkan industri yang kompetitif untuk ekspor
4. Subtitusi Impor (inward-looking)
a.Strategi
industrialisasi
1.Strategi Subtitusi
Impor
- Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
-Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
- Lebih menekankan pada pengembangan industry yang berorientasi pada pasar domestic
-Strategi subtitusi impor adalah industry domestic yang membuat barang menggantikan impor
- Dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat dicapai dengan mengembangkan industry dalam negeri yang memproduksi barang pengganti impor
Pertimbangan yang lajim digunakan dalam memilih strategi ini
adalah:
a. SDA dan factor produksi lain (terutama tenaga kerja)
cukup tersedia
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
b. Potensi permintaan dalam negeri memadai
c. Pendorong perkembangan sector industry manufaktur dalam negeri
d. Dengan perkembangan industry dalam negeri, kesempatan kerja lebih luas
e. Dapat mengurangi ketergantungan impor
5. Kebijakan industrialisasi
o Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
o Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
o Diberlakukannya Undang-undang PMA
o Dirombaknya system devisa sehingga transaksi luar negeri lebih bebas dan sederhana
o Dikuranginya fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi perusahaan Negara dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan sector swasta bersama-sama dengan BUMN
o Diberlakukannya Undang-undang PMA
6. ANALISA STRATEGI PEMBANGUNAN SEKTOR
INDUSTRI PENGGANTI EKSPOR
Yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan
industri nasional lebih berorientasi ke pasar internasional dalam usaha
pengembangan industri. Ekspor komoditi primer secara langsung berangsur –
angsur diganti dengan ekpor komoditi yang sudah diolah di dalam negeri.
Strategi pendorong ekspor dilandasi oleh pemikiran bahwa laju pertumbuhan
ekonomi yang tinggi hanya bisa direalisasikan jika produk – produk yang dibuat
didalam negeri dijual disuatu pasar
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
1. Nilai tukar harus
realistis
2. Adanya insentif untuk
peningkatkan ekspor
3. Tingkat proteksi
impornya harus rendah
Menurut Anne Krueger (1978). Wakil presiden bank dunia, ada 4 faktor yang
dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi
impor, ke empat faktor tersebut adalah:
1. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pertumbuhan
sektor pertanian yang pesat penting
sekali bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, namun pengalaman dari korea
selatan (yang sejak tahun 1961 telah menempuh strategi promosi ekspor) telah
menunjukkan bahwa dengan strategi promosi ekspor, kaitan antara keberhasilan
sektor pertanian dan keberhasilan sektor industri tidak begitu erat seperti di
bawah strategi substitusi impor. Hal ini disebabkan karena di NSB telah
menempuh strategi promosi ekspor ternyata telah berhasil cukup cadangan devisa
untuk mengimpor pangan (jika perlu) dari pada negara-negara yang telah menempuh
strategi substitusi impor.karena strategi substitusi impor ternyata justru
mempunyai kepadatan impor yang tinggi. Dengan demikian biaya oportunitas impor
pangan tinggi sekali, karena devisa yang langka ini tidak dapat digunakan untuk
impor yang lainnya yang penting, misalnya barang-barang modal untuk
pembangunan.
2. Skala ekonomis
Bagi
industri-industri dimana faktor skala ekonomi (economices of scale) adalah penting,maka strategi promosi ekspor
akan dapat memberikan dorongan yang kuat kepada perusahaan-perusahaan baru dari
pada dibawah substitusi impor.
Karena
perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun rencana investasi. Produksi dan
pemasaran mereka atas dasar potensi pasar domestik dan pasar ekspor. Dengan
strategi promosi ekspor sejak semula dapat dibangun pabrik dengan skala ekonomi
yang efisien, oleh karena dalam membangun pabrik-pabrik tersebut para
industrialis sudah merencanakan untuk memasarkan sebagian dari produksi mereka
dari pasar dunia.
3. Persaingan
Suatu segi
positif yang penting dari strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan
dipasar ekspor mengaharuskan para industralis untuk menjajagi berbagai cara
untuk menekan biayaproduksi mereka sampai ketingskt yang serendah-rendahnya
sehingga hasil-hasil produksinya mereka bisa bersaing dalam hal harga (price competitive) dipasar ekspor, maka
persaingan ketat dipasar ekpor juga akan mengahruskan para industriawan untuk
mengadakan pengendalian mutu (quality
control) yang ketat pula, mengadakan modifikasi dalam desain barang-brang
sesuai dengan perubahan selera masyarakat dalam kemajuan teknologi baru, an
memastikan pengadaan barang-barng sesuai dengan jadwal engadaan yang telah
ditetapkan.
4. Kekurangan Devisa
Pengalaman
NSB,termasuk Indonesia, telah menunjukkan bahwa kekurangan devisa telah
menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat, pada tingkat makro ekonomi, skala
investasi nsioanal perlu dikurangi, jika diperkirakan bahwa ditahun-tahun
mandatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa. Pada tingakt micro ekonomi,
berbagai proyek pembangunan mungkin perlu dijadwalkan kembali(seperti yang
dilakukan indonesia pada tahun 1983 sebagai akibat dari defisit tarnsaksi
berjalan telah dialami sejak tahun 1982 dengan berakhirnya rizki minyak dan
demikian juga pada tahun 1991 sebagai akibat dari adanya boomimg investasi
pasca derugulasi perbankan) atau terpaksa dihentikan jika impor bahan-bahan
baku, barang-barang setengah jadi, dan barang-barang modal tidak dapat dilanjutkanakibat
kekurangan devisa.
Meskipun NSB
telah menempuh strategi promosi ekspor tentu tidak bebas dari masalah tekanan
pada neraca pembayaran dan kekurangan devisa, namun strategi yang bertujuan
untuk memperoleh devisa sebanyak mungkin melalui ekspor barang-barang jadi (manutactured exports) akan lebih
berhasil dalam memupuk cadangan devisa yang memadai dari pada strategi
substitusi impor yang ternyata sering memperbesar kekurangan devisa pertalian
dengan kepadatan impor yang tinggi dari berbagai industri substitusi impor.
7. Analisis
Perangkat Teknologi dan dampak Industri terhadap Pegangguran
Pada
perkembangan zaman sekarang ini manusia mampu menciptakan berbagai macam
teknologi baru yang mampu digunakan untuk membantu berbagai pekerjaan manusia
dalam berbagai bidang, baik pertanian, pertambangan, transportasi dan industri.
Tujuan utama diciptakannya teknologi oleh manusia ini sebenarnya adalah untuk
memudahkan manusia itu sendiri dalam hal pemenuhan kebutuhan ekonominya. Dalam
bidang pertanian misalnya setelah ditemukannya berbagi teknologi pertanian yang
berupa bibit unggul hasil persilangan, pupuk kimia, pertisida untuk menangani
berbagai macam hama dan penyakit, serta insektisida yang berguna mengurangi
hama berupa serangga diharapkan mampu meningkatkan produksi bahan makanan,
sehingga petumbuhan penduduk yang terjadi semakin pesat hingga saat ini akan
tetap dapat didimbangi dengan peningkatan produksi bahan makanan, bahkan dalam
pertanian diharapkan mampu mengalami surplus bahan makanan. Sedangkan dalam
bidang indutri, dengan adanya teknologi yang berupa mesin-mesin produksi
mekanik maka manusia akan dengan mudah memproduksi barang dan mampu membentuk
suatu sistem ekonomi yang baru yang kebih meyakinkan dan akan mampu menyerap
angkatan kerja baru apabila dibandigkan dengan pertanian.
Namun,
dengan kemunculan teknologi-teknologi baru ini yang semula diharapkan mampu
memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat, dan mampu menyerap banyak yenaga
kerja dari masyarakat. Justru yang terjadi adalah walaupun manusia mampu
menciptakan teknologi dan semakin lama berkembang dalam berbagai bidang dengan
semakin pesat, tetap saja tidak mampu menyerap pertambahan populasi manusia
yang tentunya semakin menambah pula jumlah tenaga kerja. Dalam bidang pertanian
misalnya, dengan ditemukannya teknologi mesin pengolahan tanah yang berupa
traktor maka mengakibatkan para pekerja pertanian atau buruh tani yang tadinya
mengolah sawah dengan cara mencangkul menjadi tergantikan peranya dan tidak
mempunyai pekerjaan lagi. Sedangkan pada sektor industri misalnya dengan adanya
mesin-mesin produksi yang semakin lam berkembang menjadi semakin pesat, maka
peran manusia yang tadinya sangat dibutuhkan dalm proses produksi menjadi tidak
lagi bagitu penting dan sangat kecil . Dengan kata lain peran manusia dalam
kegiatan produlsi barang menjadi tergantikan dengan mesin-mesin produksi.
Dengan demikian maka sebuah pabrik tidak lagi membutuhkan tenaga kerja yang
banyak dalam proses produksinya dan tidak mampu menyerap angkatan kerja yang
ada.
Dibawah
sistem mekanisme mesin, ritme hidup manusia tidak lagi ditentukan oleh alam
tapi dibawah komando mesin. Orang tidak seenaknya lagi kerja tapi semuanya
diatur oleh mekanisme produksi(Save M Dagun, 1992, 8)
Seperti
yang telah diuraikan diatas, bahwa sebenarnya sebagai konsekuensi utama dengan
adanya pertambahan penduduk ini adalah munculnya tenaga kerja yang dengan
jumlah semakin bertambah besar dari waktu ke waktu, yang sebebarnya semua itu
dipengaruhi oleh tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian
(mortalitas). Apabila dalam sebuah Negara tingkat kelahirannya sangat cepat dan
tingkat kematian sangat sedikit maka akan menimbulkan suatu ledakan populasi
penduduk yang juga tentunya akan menambah kuantitas tenaga kerja. Sedangkan di
Negara berkembang seperti Indonesia yang terjadi adalah tingkat kelahiran masih
tetap pesat dan tingkat kematianpun juga masih tinggi karena minimnya
penanganan masalah kesehatan, Walaupun, tingkat kematian juga masih
tinggi, bertambahnya jumlah penduduk melalui proses kelahiran di dalam Negara
miskin dan berkembang masih sangat pesat dan tetap saja mengakibatkan ledakan
penduduk.
Indonesia sebagai Negara yang berkembang
dengan mayoritas penduduknya masih bekerja dalam sektor agraris seperti
pertanian dan perkebunan yang dikelola baik secara modern maupun
tradisional tentunya akan sangat terpengaruh dengan adanya pertumbuhan penduduk
yang semakin pesat ini. Bagaimana tidak karena dengan adanya pertambahan
penduduk yang semakin pesat tentunya menimbulkan tumbuhnya tenaga kerja yang
ingin memperoleh kesempatan kerja. Padahal sektor agraris yang ada saat ini
tentunya tudak bisa menampung tenaga kerja yang ada, terutama diakibatkan
karena kurangnya lahan yang semain lama semakin sempit dengan adanya
pembangunan, terutama pembangunan secara fisik.
Jalan
utama untuk para tenaga kerja adalah berusaha untuk memasuki dunia pekerjaan
dalam sektor industri. Padahal kita tahu saat ini untuk masuk sektor industri
dilakukan seleksi yang sangat ketat sehingga tidak semua orang dapat memasuki
sektor industri. Pendidikan yang cukup menjadi syarat utama, padahal saat ini
banyak anak muda yang putus sekolah dan bahkan masih ada yang tidak bersekolah.
Ditambah lagi perluasan kesempatan kerja yang ada berjalan dengan sangat seret
dan tidak mengimbangi laju pertambahan angkatan kerja ini. Dengan demikian
sebagai konsekuensi akhir, yang tidak dapat dihindarkan lagi adalah munculnya
pengangguran baik pengangguran terbuka maupun pengangguran yang terselubung
yang tentunya akan mempengaruhi berjalannya sistem perekonomian di Indonesia.
Sebagai
Negara berkembang, masalah pengangguran di Indonesia sudah masih tergolong
tinggi. Pada tahun 1980 tercatat jumlah pengangguran terbuka di Indonesia sudah
mencapai angka 1.70 juta jiwa, daan pada tahun 2006 jumlah pengangguran di
Indonesia mencapai prosentase 12,5% (Wikipedia,com). Dan dari data BPS pada
tahun 2008 di Indonesia masih tercatat penggangguran terbuka di Indonesia
mencapai angka 9,39 juta jiwa.atau 8,46% dari total angkatan kerja di
Indonesia. Jumah pengangguraan terbuka terbesar didomonasi oleh lulusan SMK
sebesar 17,26% dari jumlah total pengangguran di Indonesia. Dan penyerapan
tenaga kerja terbesar hanya terjadi pada sektor informal saja. Jumlah
pengangguran tersebut terus bertambah hingga saat ini.
Jumlah
pengangguran di Indonesia ini masih sangat memprihatinkan, mengingat saat ini
Indonesia sebagai Negara yang masih berkembanag dan belum mencapai pada msa
kemajuannya harus menghadapi munculnya perdaganagan bebas dimana setiap Negara
leluasa untuk memasarkan hasil produksinya ke Negara manapun. Dengan masih
banyaknya jumlah pengangguran ini maka tentunya akan mempengaruhi pula pada
peningkatan perekonomian Negara, sehingga ekonomi Indonesia akan melemah dan
mengakibatkan Indonesia tidak mampu bersaing dengan Negara lain dan
perekonomian Indonesia akan menjadi semakin terpuruk. Karena bagaimanapun peran
seorang individu dalam sebuah sistem kemasyarakatan dalam hal ini perekonomian
sangat penting perannya dan mempengaruhi segakla system yang ada, dan apabila
ada satu sala sistem yang tidak berjalan dalam masyarakat maka akan
mempengaruhi pula sistem-sistem yang lain serta pemeliharaan system-sistem
tersebut sangat diperlukan(Talcott Parsons, dalam George Ritzer).
Pengangguran
di Indonesia paling banyak terjadai di pedesaan yang masih mengandalkan
pertanian sebagai mata pencaharian utama penduduknya. Karena pada saat ini
jumlah lahan yang ada di pedesaan untuk pertanian semakin sempit akibat dengan
adanya proses pembangunan fisik yang saat ini banyak terlihat di pedesaan bahwa
makin banyak sawah ataupun perkebunan yang beralih fungsi menjadi pemukiman,
ditambah lagi pola pertanian masyarakat tradisional yang masih bersifat
subsisten dan tradisional. Inilah yang mengakibatkan mengapa pengangguran yang paling
banyak terjadi di pedesaan. Booth dan Sandrum (dalam Effendi, 1995 : 175)
mengungkapkan bahwa hasil sensus penduduk tahun 1980 menunjukkan sekitar 80%
angkatan kerja yang ada di Indonesia ada di pedesaan, dan hal tersebut masih
terjadi hingga saat ini.
Dengan
munculnya permasalahan sosial berupa pengangguran tersebut maka pmenimbulkan
berbagai permasalahan yang antara lain bagaimana pengangguran di Indonesia
menjadi sangat rumit dan tergolong masih tinggi. Dengan jumlah angka
pengangguran yang tinggi ini tentunya akan menimbulkan dampak bagi masyarakat
Indonesia adan sisitem-sistem yang ada. Sertya bagaimanakah upaya yang tepat
yang dapat dilakukan oleh pemerintah maupun pihak swasta menurut cara pandang
sosiologis untuk mengatasi masalah pengangguran di Indonesia.
Referensi :
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Nama saya: Etin supriatin
BalasHapusNegara: Indonesia
Pinjaman yang disetujui: Rp450.000.000 bank: bri bank
email: (supriatinetin123@gmail.com)
Halo semuanya, nama saya ETIN SUPRIATIN
Saya ingin membagikan kesaksian yang luar biasa ini
bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya dari BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY ketika kami diusir dari rumah kami ketika saya tidak dapat membayar tagihan saya lagi karena covid19 patah hati,
Setelah ditipu oleh berbagai perusahaan secara online dan pinjamannya ditolak oleh bank saya dan beberapa credit union lain i
dikunjungi. Sampai suatu hari saya berjalan dengan malu-malu
seorang teman sekolah lama yang memperkenalkan saya pada BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY
Awalnya saya mengatakan kepadanya bahwa saya tidak siap mengambil risiko apa pun lagi
untuk mengajukan pinjaman online lagi, tetapi dia meyakinkan saya bahwa saya tidak perlu khawatir bahwa saya akan menerima pinjaman dari mereka. Seketika berpikir,
karena tunawisma saya, saya mengikuti uji coba dan mengajukan pinjaman, untungnya itu disetujui untuk saya dan saya menerima pinjaman Rp450.000,00 dari
{belindachristopherloancompany@gmail.com}. Saya senang saya mengambil risiko dan mengajukan pinjaman. Saya dan keluarga saya sekarang bahagia sekarang saya memiliki rumah dan bisnis sendiri. Semua rasa syukur saya sampaikan kepada BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY yang telah memberi makna pada hidup saya ketika saya pikir semua harapan telah hilang. Anda dapat menghubungi mereka melalui email (belindachristopherloancompany@gmail.com) atau whatsap +1 (347) 797-0786 jika Anda membutuhkan pinjaman cepat dan nyata, Anda masih dapat menghubungi saya melalui (supriatinetin123@gmail.com) untuk informasi lebih lanjut.
BELINDA CHRISTOPHER LOAN COMPANY
whatsapp: +1 (347) 797-0786
alamat email: belindachristopherloancompany@gmail.com
NAMA SAYA: MRS MARIA ARTIKA
BalasHapusNEGARA: INDONESIA
KOTA: BATU MALANG JATIMMY
WHATSAPP: +62877-4316-8500
HIBAH PINJAMAN: Rp350.000.000,00
EMAIL SAYA: mariaartika27@gmail.com
Saya ingin memulai dengan berterima kasih kepada Tuhan atas anugerah kehidupan.
Nama saya MRS MARIA ARTIKA dan saya ingin berbagi cerita yang bagus tentang KARINA ROLAND LOAN COMPANY. Favorit, perusahaan yang mampu secara finansial membuat hidup saya berbalik.
Saya telah mengalami kesulitan keuangan selama beberapa waktu dan saya harus meminjam dari teman-teman saya karena saya berharap untuk melunasinya setelah menerima pembayaran saya.
Dan ketika menghadapi hidup saya berubah menjadi yang terburuk, saya dipecat dari pekerjaan dan saya kehilangan ibu saya beberapa bulan kemudian. Setelah ibu saya dimakamkan, teman-teman saya mulai meminta uang mereka kembali.
Tetapi kompilasi saya mengira hidup saya sudah berakhir, saya sebenarnya berusaha untuk melarikan diri, sekarang TUHAN menggunakan teman dan tetangga saya Bu Rini anggraeni yang membantu saya menghubungi IBU KARINA yang mengatakan bahwa seorang teman dari Indonesia menghubungkannya dengan MOTHER KARINA, jadi saya menceritakan kisah saya kepada ibu, dia meminta dokumen yang saya tunjukkan dan sebelum saya menyadarinya permintaan pinjaman saya sebesar Rp350.000.000,00, sebelumnya saya telah meminta tiga perusahaan pinjaman online yang lebih baik untuk tidak membutuhkan bantuan positif, tetapi IBU KARINA ROLAND melalui pinjamannya perusahaan, KARINA ROLAND LOAN COMPANY telah mengubah hidup saya dan saya telah memutuskan sebelumnya bahwa saya akan terus membagikan cerita ini sehingga warga negara saya dapat mengambil manfaat darinya, berharap dapat meminjamkan pinjaman kepada orang yang terkena banjir. Proses persetujuan kredit saya telah selesai dan saya telah menerima surat persetujuan dari perusahaan yang menyetujui mengatakan ya harus memberikan bank saya. Saya menerima permintaan dari bank saya yang menyatakan bahwa rekening bank saya telah dikreditkan dengan jumlah pinjaman sebesar Rp350.000.000,00 yang saya minta. KARINA ROLAND LOAN COMPANY adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang nyata dan tulus di seluruh dunia, jadi jangan ragu untuk menghubungi MOTHER KARINA di saluran ini. Anda dapat menghubungi perusahaan ini melalui atau email whatsapp: karinarolandloancompany@gmail.com, whatsapp +1585 708-3478, begitulah hidup saya berubah dan saya akan terus membagikan kabar baik agar semua orang dapat melihat dan menghubungi perusahaan baik yang mengubah hidup saya .
Anda juga dapat menghubungi saya jika Anda membutuhkan bantuan saya atau Anda ingin bertanya kepada saya tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya. Ini email saya: mariaartika27@gmail.com
PERUSAHAAN PINJAMAN ROLAND KARINA
HANYA WHATSAPP: +1585 708-3478
NAMA FACEBOOK: KARINA ELENA ROLAND
EMAIL: KARINAROLANDLOANCOMPANY@GMAIL.COM